Seputar Peradilan

Ramadhan Series : Birrul Walidain sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT

04082022 series min

Singaparna | Jum’at (08/04) Ramadhan series PA Tasikmalaya memasuki episode keempat, dimulai pukul 08.00 WIB bertempat di Ruang tunggu sidang dan diikuti seluruh pegawai. Kegiatan dimulai dengan tadarus Al-Qur’an secara mandiri. Kemudian, dilanjutkan kegiatan kultum yang dipandu oleh Adhi Fajrin H., SE. dengan penceramah Wakil Ketua Drs. Muhammad Dihyah Wahid.

Dalam tausiyahnya, beliau mengambil tema pembahasan yaitu Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua). Dalam suatu hadits shahih yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah.

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.”

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).

04082022 series1 min

Berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang sangat mulia, bahkan amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT setelah sholat pada (awal) waktunya. Bahkan berbakti kepada orang tua bisa menjadi salah satu jalan meraih kesempatan menuju surga. Seperti kisah Iyas bin Mu’awiyyah, seorang ulama sekaligus tabiin utama, membuat orang terheran-heran. Ia menangis tersedu-sedu ketika ibunya meninggal dunia. Masyarakat Basrah begitu merasa heran. Bagaimana mungkin seorang alim yang saleh, seorang qadhi yang bijaksana, tak kuasa menahan air mata atas ujian yang menimpanya. Iyas bin Muawiyyah pun menjawab, “Dahulu aku memiliki dua pintu terbuka untuk menuju surga, namun kini salah satunya telah terkunci.”

Masya Allah, karena itulah Iyas sang murid shahabat Rasulullah menangis tersedu-sedu. Bukan karena ia tak sabar menghadapi ujian kematian ibunda, namun karena ia kehilangan kesempatan masuk surga. Ia menangis bukan karena ia tak menerima akan takdir kematian ibunda, akan tetapi karena kehilangan kesempatan berbakti kepada orang tua.

(Red:Fik)